Universitas Kebun Anom – (24/09/2025) Taman Nasional (TN) Alas Purwo di ujung timur Pulau Jawa adalah salah satu Cagar Biosfer Dunia UNESCO yang dikenal sebagai hutan tertua di Jawa. Kawasan ini menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, mulai dari Banteng Jawa (Bos javanicus) yang terancam punah hingga habitat penyu laut. Menjaga kelestariannya adalah tugas kolosal yang membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, termasuk dunia akademis.
Di garda terdepan upaya ini, hadir Mahasiswa Universitas Kebun Anom (UKA). Bagi mahasiswa UKA, Alas Purwo bukan sekadar destinasi field trip; ia adalah laboratorium hidup yang menuntut pengabdian. Melalui program konservasi terintegrasi, UKA telah membuktikan komitmennya dalam mencetak kader konservasi yang siap bertindak nyata.
Artikel ini akan mengupas tuntas tiga pilar utama kegiatan konservasi Mahasiswa Universitas Kebun Anom di TN Alas Purwo, yang berfokus pada pelestarian satwa, pemulihan ekosistem pesisir, dan pemberdayaan masyarakat penyangga.
Pilar 1: Misi Penyelamatan Banteng Jawa di Savana Sadengan
Ikon konservasi TN Alas Purwo adalah Banteng Jawa, yang populasinya terus terancam. Program konservasi UKA memfokuskan upaya riset dan dukungan langsung di Padang Savana Sadengan, habitat utama Banteng Jawa.
Pemantauan Populasi dan Kualitas Pakan
Mahasiswa dari program studi Biologi dan Kehutanan UKA secara rutin terlibat dalam kegiatan pemantauan jangka panjang:
- Survei dan Trekking Konservasi: Bekerja sama dengan Balai TN Alas Purwo, tim mahasiswa melakukan tracking untuk memantau pergerakan dan mendata estimasi populasi banteng menggunakan metode camera trap dan observasi langsung. Data ini krusial untuk menentukan strategi perlindungan yang efektif.
- Analisis Kualitas Pakan: Mahasiswa UKA melakukan penelitian intensif terhadap kualitas rumput dan vegetasi di Savana Sadengan. Mereka menganalisis kandungan nutrisi pakan alami, mengidentifikasi spesies rumput invasif yang mengganggu, serta mengimplementasikan teknik penanaman rumput pakan unggul untuk memastikan banteng mendapatkan asupan gizi yang optimal.
- Kampanye Anti-Perburuan: Mahasiswa aktif dalam penyuluhan kepada masyarakat desa penyangga untuk menumbuhkan kesadaran akan status endemik dan dilindungi Banteng Jawa, serta dampak hukum dari perburuan liar.
Keterlibatan aktif ini memastikan bahwa konservasi Banteng Jawa tidak hanya berlandaskan asumsi, tetapi pada data ekologis yang valid yang dikumpulkan oleh para akademisi muda.
Baca Juga: Belajar Memanfaatkan Maggot BSF untuk Mengelola Limbah Perkebunan Bersama Universitas Kebun Anom
Pilar 2: Menjaga Ekosistem Pesisir dan Konservasi Penyu
TN Alas Purwo juga merupakan rumah bagi penyu, terutama di kawasan pantai seperti Pantai Trianggulasi dan Ngagelan. Populasi penyu terancam oleh kerusakan habitat, predator alami, dan eksploitasi. Mahasiswa UKA berperan penting dalam menjaga keberlanjutan siklus hidup satwa laut ini.
Aksi Pelepasan Tukik dan Rehabilitasi Mangrove
Kegiatan konservasi pesisir oleh UKA mencakup dua aspek vital:
- Mitra Konservasi Penyu: Tim mahasiswa secara langsung membantu unit konservasi penyu di Ngagelan. Aktivitas utama mereka adalah pemindahan telur penyu ke tempat penetasan semi-alami yang aman, menjaga sarang dari predator (seperti biawak dan kepiting), hingga proses pelepasan tukik (anak penyu) secara massal ke laut. Kegiatan pelepasan tukik ini sering dijadikan momen edukatif bagi wisatawan, dipimpin langsung oleh mahasiswa sebagai ranger muda.
- Restorasi Ekosistem Mangrove: Di kawasan muara dan pesisir, mahasiswa UKA terlibat dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove yang rusak. Hutan mangrove adalah benteng alami pantai dari abrasi, serta menjadi tempat berlindung dan mencari makan bagi banyak spesies ikan dan kepiting. Mahasiswa melakukan pembibitan dan penanaman mangrove jenis lokal, sekaligus memantau kesehatan ekosistemnya (melalui survei kualitas air dan keanekaragaman biota).
Program ini menyoroti fokus UKA pada konservasi terpadu, yang melihat perlindungan satwa (penyu) tidak dapat dipisahkan dari perlindungan habitatnya (mangrove dan pantai).
Pilar 3: Pemberdayaan dan Edukasi Masyarakat Penyangga
TN Alas Purwo dikelilingi oleh desa-desa penyangga yang mata pencahariannya sangat bergantung pada sumber daya alam sekitar. Keberhasilan konservasi sangat ditentukan oleh partisipasi aktif masyarakat lokal.
Membentuk Kader Konservasi Lokal
Mahasiswa UKA menyadari bahwa pendekatan konservasi harus berbasis komunitas. Mereka merancang program pengabdian yang bertujuan mengubah masyarakat dari objek menjadi subjek konservasi:
- Pelatihan Ekowisata Berbasis Komunitas: Mahasiswa memberikan pelatihan Hospitality dan Pemandu Wisata Alam (Naturalist Guide) kepada pemuda desa. Pelatihan ini mengajarkan cara mempromosikan TN Alas Purwo sebagai destinasi ekowisata minat khusus yang bertanggung jawab, memastikan manfaat ekonomi dapat dirasakan warga tanpa merusak lingkungan.
- Program Zero Waste di Zona Penyangga: Berkolaborasi dengan Karang Taruna, UKA menginisiasi program pengelolaan sampah yang berfokus pada pengurangan limbah plastik dan pengolahan sampah organik. Ini dilakukan untuk mengurangi potensi sampah yang masuk ke kawasan taman nasional.
- Sosialisasi Kearifan Lokal dan Konservasi: Mahasiswa UKA mendokumentasikan dan mempromosikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Osing Banyuwangi yang berkaitan dengan pelestarian hutan, seperti larangan merusak kawasan tertentu, untuk memperkuat komitmen konservasi berbasis budaya.
Dengan memberdayakan masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan, UKA menciptakan lingkaran positif di mana konservasi menjadi sumber kesejahteraan, bukan konflik.
Kesimpulan: Cetak Biru UKA untuk Konservasi Indonesia
Keterlibatan intensif Mahasiswa Universitas Kebun Anom di Taman Nasional Alas Purwo adalah model ideal kolaborasi antara akademisi dan pengelola kawasan konservasi. Program ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam menghadapi isu-isu ekologi kompleks, sekaligus memberikan dampak nyata dalam perlindungan Banteng Jawa dan penyu.
UKA tidak hanya mengajarkan teori; mereka memimpin dengan aksi, membuktikan bahwa edukasi konservasi haruslah imersif dan berkelanjutan. Melalui riset di Savana Sadengan, rehabilitasi mangrove, dan pembentukan kader konservasi lokal, Universitas Kebun Anom telah mengukir namanya sebagai pelopor yang sungguh-sungguh peduli terhadap masa depan Cagar Biosfer Dunia ini.
Pesan Utama: Masa depan TN Alas Purwo terletak di tangan para kader konservasi muda yang siap bekerja sama dengan alam dan masyarakat. Mahasiswa UKA adalah bukti nyata bahwa generasi penerus mampu memikul tanggung jawab besar ini.
Tinggalkan Balasan